Minggu, 19 Desember 2010

fatwa dsn tentang ijaroh imbt

FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL
Nomor: 27/DSN-MUI/III/2002
Tentang
AL-IJARAH AL-MUNTAHIYAH BI AL-TAMLIK
بِ  سمِ اللهِ الر  حمنِ الرحِيمِ
Dewan Syariah Nasional setelah,
Menimbang : a. bahwa dewasa ini dalam masyarakat telah umum dilakukan
praktik sewa-beli, yaitu perjanjian sewa-menyewa yang
disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang
disewa, kepada penyewa, setelah selesai masa sewa;
b. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
tersebut, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) memerlukan
akad sewa-beli yang sesuai dengan syari'ah;
c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syari'ah Nasional (DSN)
memandang perlu menetapkan fatwa tentang sewa-beli
yang sesuai dengan syari'ah, yaitu akad al-ijarah almuntahiyah
bi al-tamlik ( الإجارة المنتهية بالتمليك ) atau al-ijarah
wa al-iqtina’ ( الإجارة والإقتناء ) untuk dijadikan pedoman.
Mengingat : 1. Firman Allah, QS. al-Zukhruf [43]: 32:
َأ  ه  م ي ْ قسِ  م  و َ ن  ر  ح  م  ت  رب  ك، ن  ح  ن َق  س  منا بين  ه  م معِي  شت  ه  م فِي
اْل  حياةِ ال  دنيا،  و  رَفعنا ب  ع  ض  ه  م َف  و  ق ب  عضٍ د  ر  جاتٍ لِيتخِ َ ذ
ب  ع  ض ه  م ب  ع  ضا  س  خرِيا،  و  ر  ح  م  ت  رب  ك  خير مِ  ما ي  ج  مع  و َ ن.
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami
telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
2. Hadits Nabi riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan
Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
منِ ا  ستْأ  جر َأجِيرا َفْلي  علِ  مه َأ  جره.
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah
upahnya”
27 Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik 2
Dewan Syariah Nasional MUI
3. Hadits Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i dari
Sa`d Ibn Abi Waqqash, dengan teks Abu Daud, ia berkata:
ُ كنا ن ْ كرِي ْالأَ  ر  ض بِ  ما  عَلى ال  س  واقِي مِ  ن الز  رعِ  وما  سعِ  د
بِاْل  ماءِ مِن  ها َفن  هانا  ر  سو ُ ل اللَّهِ  صلَّى اللَّه  عَليهِ  و  سلَّ  م  ع  ن َذلِ  ك
 وَأمرنا َأ ْ ن ن ْ كرِي  ها بِ َ ذ  هبٍ َأ  و فِ  ضةٍ.
“Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil
tanaman yang tumbuh pada parit dan tempat yang teraliri
air; maka Rasulullah melarang kami melakukan hal
tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakan tanah
itu dengan emas atau perak (uang).”
4. Hadits Nabi riwayat Tirmizi dari 'Amr bin 'Auf al-Muzani,
Nabi s.a.w. bersabda:
َال  صْل  ح  جائِز بي  ن الْ  م  سلِمِ  ين إِلاَّ  صْل  حا  حرم  ح َ لا ً لا َأ  و َأ  حلَّ
 حراما  واْل  م  سلِ  مو َ ن  عَلى  شروطِهِ  م إِلاَّ  ش  ر ً طا  حرم  ح َ لا ً لا َأ  و
َأ  حلَّ  حراما.
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin
kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.”
5. H adits Nabi riwayat Ahmad dari Ibnu Mas’ud:
ن  هى  ر  سو ُ ل اللَّهِ  صلَّى اللَّه  عَليهِ  و  سلَّ  م  ع  ن  صْ فَقتينِ فِي  صْ فَقةٍ
 واحِ  دةٍ .
“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam
satu obyek.”
6. Kaidah fiqh:
الأَ  ص ُ ل فِي اْل  معام َ لاتِ ْالإِبا  حُة إِلاَّ َأ ْ ن ي  دلَّ دلِي ٌ ل  عَلى ت  حرِيمِ  ها.
“Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalat boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
َأين  ما  وجِ  دتِ اْل  م  صَل  حُة َفَث  م  ح ْ ك  م اللهِ.
“Di mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum
Allah."
27 Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik 3
Dewan Syariah Nasional MUI
Memperhatikan : 1. Surat dari Dewan Standar Akuntansi Keuangan No.
2293/DSAK/IAI/I/2002 tertanggal 17 Januari 2002 perihal
Permohonan Fatwa.
2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional
pada hari Kamis, tanggal 14 Muharram 1423 H. / 28 Maret
2002.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG AL-IJARAH AL-MUNTAHIYAH BI
AL-TAMLIK
Pertama : Ketentuan Umum:
Akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik boleh dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah
(Fatwa DSN nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula
dalam akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik.
2. Perjanjian untuk melakukan akad al-Ijarah al-Muntahiyah
bi al-Tamlik harus disepakati ketika akad Ijarah
ditandatangani.
3. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam
akad.
Kedua : Ketentuan tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik
1. Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiah bi al-Tamlik
harus melaksanakan akad Ijarah terlebih dahulu. Akad
pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau
pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah
selesai.
2. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal
akad Ijarah adalah wa'd ( الوعد ), yang hukumnya tidak
mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus
ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah
masa Ijarah selesai.
Ketiga : 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau
jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
27 Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik 4
Dewan Syariah Nasional MUI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 14 Muharram 1423 H.
28 Maret 2002 M.
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar